Luka Kebaikan
Karya : Irene Angelita
Aku adalah Susan,seorang anak yang diam dan kurang bisa bergaul di sekolah.Aku merantau ke luar kota untuk sekolah.Aku memiliki talenta yang cukup tinggi di bidang musik.Dari SD aku sudah terbiasa untuk ikut lomba menyanyi,paduan suara dan menjadi dirigen di paduan suara.Menurutku menjadi dirigen adalah hal biasa yang sudah sering menjadi kebiasaanku.Menjadi dirigen di kota lamaku hanya biasa saja,mungkin bisa dikatakan tidak berharga dan hanya sebagai pemimpin.Tetapi,saat aku mulai pindah ke luar kota,aku mengerti bahwa hal yang sudah biasa aku lakukan sangat berharga hingga bisa membuat sebuah kebanggaan.
Di sekolah aku memiliki kakak kelas yang bernama Meimei.Gadis cantik,berkacamata keturunan manado.Meimei memiliki teman yang sangat banyak di sekolah karena ia bisa dengan mudah bergaul dengan orang lain.Kita kenal karena ikut organisasi sekolah yaitu OSIS.Anaknya pelawak,suka ketawa dan bisa mencairkan suasana saat suasana itu menjadi es batu.Kita cukup akrab dalam pergaulan ini dan aku sangat senang berteman dengan dirinya.
Aku dan Meimei memiliki hobi yang sama.Suka dengan musik apalagi musik kelompok seperti drum band.Kita tergabung dalam drum band sekolah.Meimei adalah dirigen drum band pada semester 1 saja karena ia sudah kelas 9.Untuk semester 2 kelas 9 tidak diperbolehkan untuk mengikuti kegiatan tambahan di sekolah.Sudah dipastikan dari pelatihnya sendiri memilih aku untuk menjadi dirigen pengganti Meimei.Tetapi Meimei menolak jika aku menggantikkan dirinya.Ia melawan itu dan pelatih tetap memilih dia untuk tetap menjadi dirigen.
Kecewa pasti mengiringiku sepanjang hari,karena aku tidak dapat tampil untuk lomba drum band yang akan dilaksanakan.Hanya berdoa saja setiap malam,cerita ke Tuhan “Tuhan jika ini bukan kesempatan ku untuk menunjukkan yang terbaik untuk semua orang,maka berilah aku ketabahan kesabaran agar tetap menunggu kesempatan yang akan datang kedepannya” aku berdoa tiap malam untuk menghilangkan rasa kecewaku ini.
Keesokan harinya,saat pemilihan pemain drum band yang akan tampil untuk lomba.Aku ikut serta dalam pemilihan itu,walau dalam hati berkata “sudahlah,mengapa kamu ikut acara ini,kamu tidak bakal kepilih” ternyata,pelatih memilihku untuk menjadi dirigen untuk lomba itu.Aku senang tetapi juga takut,karena Meimei melakukan perlawanan yang cukup membuat luka dihatiku.
Meimei merasa iri dengan diriku,karena ia kalah dan tidak terpilih di lomba drum band ini untuk menjadi dirigen.Ia kesal kepadaku,menyindir lewat media sosial dengan kata “adu mekanik,btw suaramu kecil” aku tahu bahwa ia sedang menyindir diriku yang lemah mental ini.Tapi,apakah aku peduli? Tentu iya,aku memedulikan kata-kata itu sebagai kata motivasi.Berarti kalau suaraku kecil,bisalah aku untuk membesarkan suara itu dan menjadi yang lebih baik daripada yang mengejekku.Tak berhenti disitu,ia juga menyindir aku dan membicarakan kejelekkan ku dibanyak orang disekolah.Tapi,kenapa ia menjelekkanku pada orang yang diam-diam mendukung aku? Lawakan sedikit,ya tentu saja orang yang dia ajak bicara,bilang kepadaku apa yang kau katakan tentang diriku.Aku mengingat kata hujatan berkedok motivasi untuk diriku itu,cukup banyak dan cukup heran.Dia mengatakan “Dia iri ta sama aku,kok pengen banget jadi dirigen,emg ada dirigen yang megal-megol,halah suaranya juga kerasan aku,dirigen kok gak teges” itu kata-kata yang kuingat dan sepertinya lebih dari itu,heran sendiri jadinya,dia mengatakan aku bahwa aku iri sama dia? tapi kenapa aku bisa lebih baik dari dia dan aku dipilih bukan mengajukan diri.
Aku yang mendengar kata-kata dia dari orang lain,hanya diam dan menjadikan kata itu sebagai motivasi untuk menjadi lebih baik.Aku sama sekali tidak bertindak atau melawan perkataan yang seenaknya dia keluarkan.Bersikap santai dan pura-pura tidak tau,cukup membuat dia capek untuk mengatakan hal itu lagi.Latihan-latihan tetap ku ikuti dengan semangat yang tidak penuh.Karena pada saat itu aku sedang menyusun rencana yang mungkin dia tidak tau.Aku akan mengeluarkan semuanya saat hari pelaksanaan lomba.Tentu saja aku buktikan beneran,aku mengeluarkan semuanya pada saat lomba.Dan apa hasilnya?Aku meraih juara sebagai juara dirigen terbaik.Semua luka di hatiku yang kau buat dengan seenak hatimu menjadi motivasi ku untuk berkembang lebih baik dari yang baik.Dan aku tidak membalas perkataanmu itu dengan kata-kata buruk,aku hanya diam.Karena aku tau membalas itu membuang-buang waktuku,jadinya ngapain aku melakukan itu.Cukup untuk membawa hasil akhir saja siapa yang memang pantas mendapatkan cap sebagai yang terbaik.
Aku sudah membawa penghargaan itu atas nama sekolah,keluarga,tentunya diriku sendiri.Cukup membawa kebanggaan untuk diriku dan aku tidak akan berhenti sampai hanya penghargaan itu,aku akan menjaga penghargaan itu untuk bisa mendapatkan lagi.Dan aku mau siap sedia untuk mengajari adik kelas ku nanti yang mungkin bisa menjadi yang terbaik bahkan lebih baik daripada aku.Aku tidak akan membiarkan penerusku yang kelak menjadi penerusku hatinya luka seperti diriku.Luka yang dia berikan,membawa kebaikan untuk diriku.Terimakasih kuucapkan atas luka-luka yang kamu berikan,luka-luka itu sekarang menjadi luka emas yang menjadi kebanggaan.Aku tidak akan melupakan cerita ini dalam hidupku,sangat menyakitkan tetapi sangat berharga juga.
Aku belajar dari peristiwa ini,bahwa keburukan diawal tidak selalu buruk di akhir.Saat proses mungkin buruk bahkan sangat buruk,tapi itu namanya proses.Tetap mengucapkan syukur apapun hasilnya,gagal atau berhasil itu nanti.Paling penting adalah menjaga etika dalam berbuat suatu hal,karena kita tidak tau siapa nanti yang berhasil maupun gagal.Tetap memberi apresiasi untuk hasil yang gagal dan tetap memberi semangat untuk yang berhasil agar bisa mempertahankan itu dengan baik.Tetap berikan kebaikan hati untuk orang yang mencoba menjatuhkanmu.Jangan menyimpan dendam yang membuang-buang waktu hidup,simpanlah rencana untuk masa depan.Pelihara dan rawatlah agar luka-luka yang diberikan supaya sembuh dan menjadi luka kebaikan.
-Selesai-